Kelompok Samin atau sering disebut sedulur sikep adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko, ia
mengajarkan bagaimana dia harus bersikap terhadap penjajahan belanda pada waktu
itu. Bentuk yang dilakukan dalam rangka melawan penjajahan adalah dengan cara
menolak membayar pajak, menolak segala peraturan yang dibuat pemerintah
kolonial. Masyarakat ini acap memusingkan pemerintah Belanda maupun penjajahan
Jepang karena sikap itu, sikap yang hingga sekarang dianggap menjengkelkan oleh
kelompok di luarnya. Masyarakat Samin sendiri juga mengisolasi diri hingga baru
pada tahun '70-an, mereka baru tahu Indonesia telah merdeka.
|
Samin Surosentiko |
Kelompok
Sedulur Sikep
Tersebar pertama kali di daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah. Pada 1890
pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung, Blora, Jawa
Tengah. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai
dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan
Kendeng Selatan, atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
menurut peta sekarang.
Menurut orang Samin Agama adalah senjata atau pegangan
hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin
tidak pernah mengingkari atau membenci agama. Yang penting adalah tabiat dalam
hidupnya yaitu dengan tidak merugikan orang laindan bersikap rendah hati. Manusia
hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya
satu, dibawa abadi selamanya. Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal
tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.